Sabdo palon dikisahkan sebagai pengasuh
para raja majapahit yang konon sangat dikenal dalam kisah Jawa, kisah sabdo
palon sangat unik karena sebagai punakawan dia memilih berpisah dengan rajanya
pada saat itu, yaitu Prabu Brawijaya. Dan sebelum berpisah karena merasa tidak
sejalan dengan prabu brawijaya dia meninggalkan pesan ramalan yang dimuat seperti dibawah ini yang telah di
terjemahkan dari bahasa jawa.
|
Source From Google |
1. Ingatlah kepada kisah lama yang
ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu
Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh
Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
2. Prabu Brawijaya berkata lemah lembut
kepada punakawannya: “Sabda-Palon sekarang saya sudah menjadi Islam.
Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.”
3. Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba
tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dah Hyang se
tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa.
Sudah digaris kita harus berpisah.
4. Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke
asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun
saya akan mengganti agama Buda lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa.
Kira-kira dari bait dibawah inilah,
kejadian meletusnya gunung merapi yang sebelumnya di sebutkan sebagai tempat
bertapanya Sabda Palon di sangkut pautkan…
5. Bila ada yang tidak mau memakai, akan
saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati
saya bila belu saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya
kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
6. Lahar tersebut mengalir ke barat
daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai
menyebarkan agama Buda. Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir
Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
7. Kelak waktunya paling sengsara di
tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang
sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar,
dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8. Bahaya yang mendatangi tersebar
seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi.
Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya
dunia ini ada yang membuatnya.
9. Bermacam-macam bahaya yang membuat
tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi
banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja
hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak
yang hilang di hutan.
10. Bumi sudah berkurang hasilnya.
Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah
kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila
hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.
11. Manusia bingung dengan sendirinya
sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak
tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya
musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa.
Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
12. Bahaya penyakit luar biasa. Di
sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang
sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat
persis lautan pasang.
13. Seperti lautan meluap airnya naik ke
daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di
pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan
gemuruh suaranya.
14. Gunung-gunung besar bergelegar
menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan
hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama
sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15. Gempa bumi tujuh kali sehari,
sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang
menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak
yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan
mereka meninggal dunia.
16. Demikianlah kata-kata Sabda Palon
yang segea menghilang sebentar tidak tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya.
Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya
kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi
kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Ramalan Sabdo Palon "
Post a Comment